RESENSI NOVEL
"NEGERI 5 MENARA"
Disusun oleh :
@Aldita_Wdya
@Annisa_Nch
@Hafidah Triantami
@vahlevililis
@Sagita1209
Kelas XI IPS 2
SMAN 1 CIAWIGEBANG
Alamat:
Jln. Siliwangi 106 Ciawigebang - Kuningan, 45591 ( 0232-878326 )
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”RESENSI NOVEL NEGERI 5 MENARA”.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”RESENSI NOVEL NEGERI 5 MENARA”.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Ciawigebang,23
November 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata pengantar.................................................................................................................. 1
Daftar isi............................................................................................................................ 2
Identitas buku.................................................................................................................... 3
Resensi novel Negeri 5 Menara.......................................................................................... 3
Sinopsis.............................................................................................................................. 6
Kelebihan........................................................................................................................... 8
Kelemahan......................................................................................................................... 8
Nilai buku.......................................................................................................................... 8
IDENTITAS BUKU
Judul :
Negeri 5 Menara
Penulis :
A. Fuadi
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun Terbit : 2009
Tebal :
425 halaman
Ukuran :
13,4 x 19,9 cm
Harga : Rp
45.000
RESENSI
NOVEL NEGERI 5 MENARA
Novel yang berjudul Negeri 5 Menara
menceritakan negara-negara impian Alif (tokoh utama) beserta 5 orang temannya
yang mereka utarakan di sebuah menara (tempat favorit mereka di dalam
pondok). Cerita ini berawal saat Alif
berada di Washington DC pada bulan Desember 2003 ia menerima pesan dari Atang,
salah satu Sahibul Menara yang berasal dari Bandung. Atang mengajak untuk reuni
di Trafalgar Square, London minggu depan karena Raja juga berada di London.
Setelah mendapat pesan dari Atang, Alif lalu teringat akan masa lalu, masa-masa
berada di Pondok Madani bersama para Shahibul Menara.
Alif Fikri adalah seorangyang sangat
menginginkan sekolah di SMA Bukittiggi
Sumatera Barat dengan berbekal nilai ujian yang lumayan bagus. Namun,
ibunya tidak mengijinkannya. Beliau ingin Alif sekolah di Madrasah Aliyah yang
berbasik Agama, karena ibunya ingin Alif
menjadi ustad (Ulama). Lalu, Alif mendapatkan surat dari etek Gindo yang berisi
tentang Pondok Madani yang ada di Ponorogo, Jawa Timur serta pendaftaran untuk
masuk ke pondok Madani. Dengan setengan hati, Alif memilih untuk bersekolah di
Pondok Madani.
Alif tidak pernah mengira bahwa
dirinya akan menjadi santri Pondok Madani yang disebut-sebut telah mencetak
banyak ulama dan intelektual muslim itu. Sebab, sejak kecil ia ingin menjadi
“Habibie”. Awal mulanya dia tidak tahu jika ada tes seleksi untuk masuk Pondok
Madani karena etek Gindo tidak mencerikakannya lewat surat.Setelah dia
dinyatakan lulus seleksi dan menjadi santri Pondok Madani, dia sangat kaget
dengan segala peraturan ketat dan kegiatan pondok. Untunglah, dia menemukan
sahabat-sahabat yang bernama Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari
Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Mereka dijuluki sebagai para
“Sahibul Menara” atau “orang yang punya menara” sebutan bagi Alif dan 5
temannya karena seringnya mereka menghabiskan waktu senggangnya di menara
Mereka yakin kelak impian itu akan terwujud. Karena mereka yakin akan mantra
ampuh yang mereka dapatkan dari Kyai Rais (Guru besar PM), yaitu man jadda
wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
Sudah
selama 4 tahun mereka belajar di Pondok Madani, Alif beserta teman-temannya
sudah banyak berkembang menjadi orang yang lebih baik. Dan suatu ketika, Baso
mendapatkan surat yang berisi bahwa neneknya semakin sakit dan tidak bisa
bangun lagi dari tempat tidur. Akhirnya Baso memilih untuk pulang agar bisa
merawat neneknya dan juga belajar mengahafal Al-Qur’an. Setelah kepulangan
Baso, mereka merasa kehilangan saudara di PM. Alif juga teringat akan niatan
setengah hatinya dulu, yang akhir-akhir ini muncul lagi. Untuk mencegah Alif
pulang, Ayahnya pergi ke PM untuk membujuk Alif, beliau menginap selama 3 hari
dan akhirnya misinya selesai.
Akhirnya Ujian pun tiba, ada ujian
lisan, tulis dan terakhir ujian peradaban islam. Setelah melaksanakan ujian,
Alif, Dulmajid, Said, Atang, dan Raja dapat bersantai-santai di bawah menara,
dan bencanda tawa. Setelah 2 minggu
sejak mereka merayakan selesainya ujian, tibalah pengumuman kelulusan
dan mereka semua lulus dengan hasil yang baik. Malamnya diadakan Khutbah
perpisahan dan berjabat tangan dengan semua warga PM. Keesokan harinya, adalah
waktu untuk berpisah, masing-masing Sahibul Menara dipulangkan dengan bus
dengan tujuan masing-masing.
Sebelas tahun kemudian, Alif, Raja,
dan Atang bertemu lagi di Trafalgar Square, London. Tepatnya di kaki menara
dengan empat patung singa tempat mereka berjanji untuk bertemu. Lalu, mereka
menginap di apartemen Raja. Ia tinggal berdua dengan Fatia, istrinya yang
lulusan pondok khusus putri di Mantingan. Para Sahibul Menara kini tidak
berenam lagi. Mereka sudah menikah. Kini Said meneruskan bisnis batik keluarga
Jufri di pasar ampel, Surabaya. Sesuai cita-cita mereka dulu, Said dan Dulmajid
bekerja sama mendirikan sebuah pondok dengan semangat Pondok Madani di
Surabaya. Baso kini kuliah di Mekkah dan mendapat beasiswa penuh dari
pemerintah Arab Saudi. Sedangkan Atang telah delapan tahun menuntut ilmu di
Kairo dan sekarang menjadi mahasiswa program doktoral untuk ilmu hadits di
Universitas Al-Azhar. Sementara Raja berkisah kalau ia telah satu tahun tinggal
di London, setelah menyelesaikan kuliah hukum Islam dengan gelar S1 di Madinah.
Kini mereka berenam telah berada di lima negara yang berbeda. Di lima menara
impian mereka.
Impian-impian
yang besar dapat membuat kita termotivasi untuk berjuang mewujudkan impian itu.
Walaupun usaha-usaha yang kita lakukan untuk menggapai impian kita belum
berhasil , tapi kita jagn menyerah,
Allah pasti akan membalas semua usaha-usaha kita dengan hasil yang terbaik
untuk kita.
Penulis ingin mengubah pola pikir kita tentang
kehidupan pondok yang hanya belajar agama saja. Karena dalam novel ini selain
belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu umum seperti bahasa Inggris
Arab, kesenian dll.
Pelajaran
yang dapat dipetik adalah jangan pernah meremehkan sebuah impian setinggi
apapun, karena Allah Maha mendengar do’a dari umatnya. Latar suasana, tempat,
maupun waktu sangat jelas, sehingga pembaca dapat lebih berimajinasi. Alur yang
ada dalam novel ini adalah alur campuran, sehingga pembaca tidak bosan untuk
membacanya
Pada novel ini, tidak digambarkan
dengan jelas bagaimana karakter masing-masing tokoh. Novel ini dapat dibaca oleh kalangan remaja
dan dewasa. Karena dalam novel ini terdapat banyak kosakata dan wawasan
berbagai macam daerah, sehingga mampu memperkaya kosakata dan wawasan berbagai
macam bahasa daerah serta dapat memotivasi kita untuk meraih impian kita.
Sinopsis :
Novel yang berjudul Negeri 5 Menara
menceritakan negara-negara impian Alif (tokoh utama) beserta 5 orang temannya
yang mereka utarakan di sebuah menara (tempat favorit mereka di dalam
pondok). Cerita ini berawal saat Alif
berada di Washington DC pada bulan Desember 2003 ia menerima pesan dari Atang,
salah satu Sahibul Menara yang berasal dari Bandung. Atang mengajak untuk reuni
di Trafalgar Square, London minggu depan karena Raja juga berada di London.
Setelah mendapat pesan dari Atang, Alif lalu teringat akan masa lalu, masa-masa
berada di Pondok Madani bersama para Shahibul Menara.
Alif Fikri adalah seorang yang sangat menginginkan sekolah di SMA
Bukittiggi Sumatera Barat dengan
berbekal nilai ujian yang lumayan bagus. Namun, ibunya tidak mengijinkannya.
Beliau ingin Alif sekolah di Madrasah Aliyah yang berbasik Agama, karena
ibunya ingin Alif menjadi ustad (Ulama).
Lalu, Alif mendapatkan surat dari etek Gindo yang berisi tentang Pondok Madani
yang ada di Ponorogo, Jawa Timur serta pendaftaran untuk masuk ke pondok
Madani. Dengan setengan hati, Alif memilih untuk bersekolah di Pondok Madani.
Alif tidak pernah mengira bahwa
dirinya akan menjadi santri Pm yang disebut-sebut telah mencetak banyak ulama
dan intelektual muslim itu. Sebab, sejak kecil ia ingin menjadi “Habibie”. Awal
mulanya dia tidak tahu jika ada tes seleksi untuk masuk Pondok Madani karena
etek Gindo tidak mencerikakannya lewat surat.Setelah dia dinyatakan lulus
seleksi dan menjadi santri Pondok Madani, dia sangat kaget dengan segala peraturan
ketat dan kegiatan pondok. Untunglah, dia menemukan sahabat-sahabat yang
bernama Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari
Bandung dan Baso dari Gowa. Mereka dijuluki sebagai para “Sahibul Menara” atau
“orang yang punya menara” sebutan bagi Alif dan 5 temannya karena seringnya
mereka menghabiskan waktu senggangnya di menara Mereka yakin kelak impian itu
akan terwujud. Karena mereka yakin akan mantra ampuh yang mereka dapatkan dari
Kyai Rais (Guru besar PM), yaitu man jadda wajada, siapa yang
bersungguh-sungguh akan berhasil.
Sudah
selama 4 tahun mereka belajar di Pondok Madani, Alif beserta teman-temannya
sudah banyak berkembang menjadi orang yang lebih baik. Dan suatu ketika, Baso
mendapatkan surat yang berisi bahwa neneknya semakin sakit dan tidak bisa
bangun lagi dari tempat tidur. Akhirnya Baso memilih untuk pulang agar bisa
merawat neneknya dan juga belajar mengahafal Al-Qur’an. Setelah kepulangan
Baso, mereka merasa kehilangan saudara di PM. Alif juga teringat akan niatan
setengah hatinya dulu, yang akhir-akhir ini muncul lagi. Untuk mencegah Alif
pulang, Ayahnya pergi ke PM untuk membujuk Alif, beliau menginap selama 3 hari
dan akhirnya misinya selesai.
Akhirnya Ujian pun tiba, ada ujian
lisan, tulis dan terakhir ujian peradaban islam. Setelah melaksanakan ujian,
Alif, Dulmajid, Said, Atang, dan Raja dapat bersantai-santai di bawah menara,
dan bencanda tawa. Setelah 2 minggu
sejak mereka merayakan selesainya ujian, tibalah pengumuman kelulusan
dan mereka semua lulus dengan hasil yang baik. Malamnya diadakan Khutbah
perpisahan dan berjabat tangan dengan semua warga PM. Keesokan harinya, adalah
waktu untuk berpisah, masing-masing Sahibul Menara dipulangkan dengan bus
dengan tujuan masing-masing.
Sebelas tahun kemudian, Alif, Raja,
dan Atang bertemu lagi di Trafalgar Square, London. Tepatnya di kaki menara
dengan empat patung singa tempat mereka berjanji untuk bertemu. Lalu, mereka
menginap di apartemen Raja. Ia tinggal berdua dengan Fatia, istrinya yang
lulusan pondok khusus putri di Mantingan. Para Sahibul Menara kini tidak
berenam lagi. Mereka sudah menikah. Kini Said meneruskan bisnis batik keluarga
Jufri di pasar ampel, Surabaya. Sesuai cita-cita mereka dulu, Said dan Dulmajid
bekerja sama mendirikan sebuah pondok dengan semangat Pondok Madani di
Surabaya. Baso kini kuliah di Mekkah dan mendapat beasiswa penuh dari
pemerintah Arab Saudi. Sedangkan Atang telah delapan tahun menuntut ilmu di
Kairo dan sekarang menjadi mahasiswa program doktoral untuk ilmu hadits di
Universitas Al-Azhar. Sementara Raja berkisah kalau ia telah satu tahun tinggal
di London, setelah menyelesaikan kuliah hukum Islam dengan gelar S1 di Madinah.
Kini mereka berenam telah berada di lima negara yang berbeda. Di lima menara
impian mereka.
(paragraf 1-6)
Kelebihan :
Pelajaran yang dapat dipetik adalah
jangan pernah meremehkan sebuah impian setinggi apapun, karena Allah Maha
mendengar do’a dari umatnya. (paragraf 9)
Alur yang ada dalam novel ini adalah
alur campuran, sehingga pembaca tidak bosan untuk membacanya (paragraf 9)
Latar suasana, tempat, maupun waktu
sangat jelas, sehingga pembaca dapat mengerti dan lebih berimajinasi. (paragraf
9)
Kelemahan :
Pada novel ini, tidak digambarkan
dengan jelas bagaimana karakter masing-masing tokoh. (paragraf 10)
Nilai Buku :
Novel ini dapat dibaca oleh kalangan
remaja dan dewasa. Karena dalam novel ini terdapat banyak kosakata dan wawasan
berbagai macam daerah, sehingga mampu memperkaya kosakata dan wawasan berbagai
macam bahasa daerah serta dapat memotivasi kita untuk meraih impian kita.
(paragraf 10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar